Kamis, 24 Juli 2008

Prosesi Upacara GKR. Maduretno dan KPH Purbodiningrat












ADAT ISTIADAT PERNIKAHAN KERATON YOGYAKARTA




Upacara Perkawinan  Adat Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada perkawinan GKR Meduretno dan KPH Purbodiningrat
adalah sebagai berikut:

Hari 1. Calon pengantin putra dalam hal ini Jun Prasetya atau Kandjeng Raden Tumenggung Purbodiningrat yang kemudian bergelar kandjeng Pangeran Harya Purbodiningrat masuk ke keraton dengan di jemput oleh KPH Wiranegara dan para Gusti dan Bendara, untuk memasuki keraton yang kemudian menuju bangsal Ksatriyan untuk di sengker, proses ini biasa disebut nyantri. Sedangkan calon pengatin puteri Gusti Raden Ajeng Nurkamnari Dewi atau Gusti Raden Ayu Nurkamnari Dewi selanjutnya bergelar Gusti Kandjeng Ratu Maduretno dijemput oleh GKR Pembayun dan GKR Candrakirana serta para Gusti dan Bendara dan diiringi abdi dalem keparak menuju bangsal Keputren untuk menjalani sengker, seperti halnya calon pengantin putera.
Beberapa saat kemudian di bangsal kemaganggan berkumpul abdi dalem golongan prajurit reh kaprajan dan punakawan yang nantinya akan memasang tetuwuhan dan bleketepe yang akan d pasang ke 13 pintu dan regol yang ada di keratondan yang melaksanakan pemasangan bleketepe adalah adik Sri Sultan Hamengku Buwono X yaitu KGPH Hadiwinoto yang didampingi olah GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo, GBPH Joyokusumo, dan para Gusti lainnya, dalam waktu yang sama dibangsal keputren sekelompok abdi dalem menghadap ke GKR Hemas untuk menerima titah agar mempersiapkan upacara siraman. Siraman Puteri dilaksanakan di bengsal sekar Kedathon Kompleks Keputren dan putera di bangsal pompa dalem yang terletak di kompleks Bangsal Ksatriyan. setelah menerima titah dari GKR Hemas kelompok pertama berangkat menuju bangsal Sekar Kedathon bersama calon pengantin puteri yang di iringi oleh para Gusti dan bandara.
 
Didalam adat keraton kasultanan yogyakarta yang bertugas memandikan mempelai adalah para wanita yang berjumlah 7 dan air yang di gunakan berasal dari 7 
sumber mata air yang ada dikeraton. Setelah selesai 
dimandikan Mapelai dibawa ke bangsal ksatriyan, sedangkan itu GKR hemas bersama rombongan menuju Gadong Pompa Dalem untuk memandikan mempelai putera. Setelah mempelai putera selesai d mandikan GKR Hemas dan rombongan menuju ke bangsal Keputren untuk melanjutkan upacara Kerik atau memcukur bulu roma yang ada disekitar dahi mempelai puteri.

Setelah upacara Kerik selesai GKR Hemas melaporkan kepada Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwa upacara telah dilaksanakan.
Malam harinya setelah midodareni ............Ngarso dalem Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kandjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdulrachman Syaidin Panatagama Khalifatullah Jumeneng kaping X ing Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berkenan hadir untuk melaksanakan upacara Tantingan. Sultan Hamengku Buwono X mengenakan busana taqwa warna biru dengan motif ceplok bunga, blangkon biru dan mengenakan kain batik motif ceplok parang rusak barong dan sebilah keris dipinggang didampingi GKR Hemas yang mengenakan konde ukel gulung tekuk, sumekan sutra berbalut kebaya dan seretan dengan motif kain betik yang sama dengan Sultan. Dibelakan Sri Sultan dan GKR Hemas adalah putri ke 4 dan ke 5.
Jalannya Upacara Tantingan di awali oleh hadirnya Sultan di Tratag Bangsal Proboyekso kemudisn duduk lesehan menghadap ke timur dan GKR Hemas serta puteri yang masih perawan duduk disamping kiri(utara) menghadap ke selatan, sedangkan mempelai puteri GKR Maduretno berjalan masuk ke tratag bangsal Proboyekso dengan cara jongkok dan di dampingi oleh GKR Pembayun dan GKR Candrakirana serta para Gusti dan Bandara yang semuanya adalah kakak dan adik perempian sultan. Setelah semua hadir sultan menitahkan Kyai Penghulu, abdi dalem pamethakan dan abdi dalem ketip untuk memasuki tratag bangsal proboyekso dan mereka dipersilakan duduk disebelah kiri(timur) permaisuri sultan. Akhirnya semua siap, sultan pun memulai
sultan: "sira Gusti Kandjeng Ratu Maduretno?"
GKR. Maduretno: "sendika"
sultan: "apa sira mantep rabi karo KPH Purbodiningrat?"
GKR. Maduretno: " Inggih kawulo mantep"
Setelah selesai sulyan menitahkan kepada kyai penghulu untuk mendo'akan kedua mempelai yang kemudian dilanjutkan dengan sugkem kepada sultan. Setelah semua selesai sultan pun bergegas menuju keraton kilen beserta permaisuri dan adik-adik dari mempelai Puteri. GKR Maduretno dan para pengiringnya pun kembali ke bangsal keputren. Setelah beristirahat sejenak di keraton kilen sultan berkenan mengunjungu mempelai putera di kompleks ksatriyan kalangan keraton yogykarta biasa menyebut denga prosesi tilik nitik.

 

Ngarso dalem didampingi GKR Hemas, KGPH Hadiwinoto, GBPH Joyokusumo, GBPH Prabukusumo, GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat, GKR Pembayun, GKR Candrakirana, GBRAy Murdhakusumo GBRAy Riyokusumo, KRT Danu Kusumo, KRT Pujakusumo dan masih banyak lagi unuk menuju kompleks bangsal ksatriyan guna menejenguk calom mantu. Seletah memasuki bangsal ksatriyan sultan disambut dengan irama gamelan Kandjeng Kyai Guntursari dan kemudian memasuki ndalem ksatriyan guna menemui calon mantu KPH Purbodiningrat yang pada saat itu sedang di apit oleh KPH Wiranegara dan KRT Jatiningrat serta ditemani keluarga dari mempelai putera dan mempelai puteri. disana Ngarso dalem menanyakan keadaan memepelai pria dan sedikit menggodanya dan dilanjutkan memeriksa beberapa kamar yang nantinya akan digunakan untuk upacara dahar klimah dan tampa koyor. Setelah memeriksa semuanya Sri Sultan hamengku Buwono X dan GKR Hemas menanyai mempelai putera apakah meu menitipkan sesuatu untuk sang calon istri? dengan menyembah KPH Purbodiningrat segera berdiri dan kemudian memetik setangkai bunga Anggrek bulan yang ada dibelakangnya kemudian diberikan kepada GRAj. N. Vijareni guna disampaikan kepada calon isteri yang ada di bangsal keputren. Sesudah merasa cukup Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas dan para Gusti dan Bendara meninggalkan mempelai putera untuk menuju bangsal Keputren guna menjenguk mempelai puteri. Kemudian beristirahat di keraton kilen, sekaligus mempersiapkan diri untuk mennikahkan puterinya esok pagi di masjid panepen.

 

Hari ini Ngarso Dalem ingkang sinuhun Kandjeng Sultan Kaping X menikahkan puteri ke 3 GKR Maduretno, prosesi ijab kabul secara lengkap sebagai berikut:
tepat pukul 06.00 di keraton yogyakarta kagungan ndalem masjid panepen akan menjadi saksi yang ke sekian kali dalam pernikahan yang anak raja. Ngarso dalem kaping X hadir di masjid panepen dengan di dampingi oleh GBPH Joyokusumo serentak seluruh abdi dalem keraton yogykarta menghaturkan sembah dengan cara berjongkok dengan tangan menyembah. Penghulu keraton KRT. H achmad Kamaludiningrat bangkit dan mengucapkan salam "assalamualaikum WR. WB"  Sri Sultan pun membalas salam "wallaikumsalam WR. WB"kemudian Sri sultan duduk menghadap timur di sebalah kananbaginda ada GBPH Joyokusumo dan kiri para abdidalem Ulama keraton. Persiapan mempelai putera telah usai, kemudian mempelai putera dan rombongan keluar guna menuju masjid panepen, dengan melewati regol gapura, regol donopertopo dan kemudian masuk kompleks masjid panepen. Yang ikut dalam rombongan mempelai putera molai dari yang paling depan antara lain KGPH Hadiwinoto, GBPH Yudhaningrat, GBPH. Prabukusumo, GBPH Cokroningrat  yang mengapit mempelai putera adalah KPH Wiranagara dan KRT DanuKusumo dan disusul anggota keluarga manten putera. Setelah memasuki masjid panepen rombongan punmenempatkan diri. Ngarso dalem mengenakan busana ageman taqwa pethak sembagi jambon jarik teruntun

Tidak ada komentar: